Friday, 24 July 2015

Tari Kebyar Duduk

Tari Kebyar duduk diciptakan oleh  I Ketut Mario dari Tabanan pada tahun 1925. Tari kebyar duduk biasa disebut juga dengan tari Kebyar Terompong (jika dimainkan memakai instrument Terompong). Tari ini disebut Kebyar Duduk oleh karena sebagian besar gerak-gerakan tarinya dilakukan dalam posisi duduk dengan kedua kaki menyilang (bersila). Seperti halnya tarian Baris, Kebyar adalah tarian tunggal, tetapi tarian ini bersifat individualistic. Tarian baris mengilustrasikan gerakan-gerakan ksatria Bali pada umumnya. Dalam tarian Kebyar penekannya adalah pada penari itu sendiri yang menginsterpretasikan nuansa musik dengan ekpresi wajah dan gerakan.

Profil I Ketut Mario
Tidak mungkin tarian muncul dengan tiba-tiba, dengan kata lain pasti ada penciptanya seperti halnya I Ketut Mario yang telah banyak menciptakan tarian-tarian yang ada di Bali, salah satunya Tarian Kebyar Duduk ini. I Ketut Mario adalah sosok penari dan juga salah satu pencipta tarian Bali dan dia mulai belajar menari sejak tahun 1906. Saat belajar menari, usianya kira-kira sebaya dengan anak mulai ma suk SD. Dengan demikian Mario diperkirakan lahir 1897. Ia bersaudara lima orang. Orangtuanya hidup dari bercocok tanam. Ketika hasil pertanian kurang baik dan ditambah lagi entah bagaimana kondisi Denpasar kala itu, orangtuanya pindah ke Tabanan. Kurang jelas pula kapan meninggalnya sang ayah, dan hanya ibunyalah yang membesarkannya dengan menjadi abdi di Puri Kaleran Tabanan. Berkat pengabdiannya itu, diberilah tempat tinggal.

Dalam pengabdiannya di Puri Kaleran, tentu I Ketut Mario melakukan segala aktivitas abdi di puri termasuk belajar menari. Anak Agung Made Kaleran melihat Mario punya bakat di bidang menari. Tahun 1906 Mario belajar tari pada dua orang guru tari, yakni Pan Candri dan Salit dari Mengwi Gede. Dengan cepat tarian Sisia Calonarang dapat dikuasainya. Tariannya menawan, gerakannya berkarakter sehingga penggemar Calonarang mengaguminya.

Setelah Sekeka Gong Pangkung terbentuk, Mario ikut bergabung dengan penari-penari seperti I Gusti Rai Geredeg, I Nengah Gawang, dan Wayan Cekeg. Di sekeha gong inilah nama Mario mulai dikenal. Bakat yang dimiliki Mario di bidang tari dan tabuh berkembang sejak dia bergabung dalam Sekeha Gong Pangkung. Di sinilah Mario belajar, berlatih, kemudian mencipta. Ketekunannya membuahkan hasil. Tari Terompong, Tari Kebyar Duduk, Tari Oleg Tambulingan, Tari Sabungan Ayam, Tari Ngejuk Capung dan Tari Kakelik, merupakan hasil daya ciptanya yang diwariskan kepada dunia seni Bali.

Kepekaan perasaan, imajinasi dan ketajaman pikiran I Ketut Mario dalam berkesenian telah menghasilkan karya yang membuat namanya abadi dalam dunia seni tari. Tahun 1958 dia melanglang buana berkat karya seninya. Paris, Amsterdam, London, beberapa kota di AS dan Kanada telah menjadi saksi kepiawaiannya. Tahun 1962 kembali keliling Amerika bersama Sekeha Gong Pangkung. Di luar negeri Mario diberi julukan The Great Mario seperti yang dikutip Soedarsono (1953) dalam (naskah) bukunya, namun buku itu tidak dipublikasikan.

Selain sebagai guru tari, I Ketut Mario pernah pula bekerja di instansi Pemerintah Belanda (1938), yakni di Kantor Landschap Tabanan selanjutnya pindah ke Kantor Pengadilan. Mario menikah dengan Ni Made Jereg (kemudian dipanggil Men Rikan) namun tidak dikaruniai anak. Ia lalu mengangkat seorang anak bernama Putu Kerta (meninggal tahun 1993).

No comments:

Post a Comment