Tari Kebyar duduk diciptakan oleh I Ketut Mario dari Tabanan pada tahun 1925.
Tari kebyar duduk biasa disebut juga dengan tari Kebyar Terompong (jika
dimainkan memakai instrument Terompong). Tari ini disebut Kebyar Duduk
oleh karena sebagian besar gerak-gerakan tarinya dilakukan dalam posisi
duduk dengan kedua kaki menyilang (bersila). Seperti halnya tarian
Baris, Kebyar adalah tarian tunggal, tetapi tarian ini bersifat
individualistic. Tarian baris mengilustrasikan gerakan-gerakan ksatria
Bali pada umumnya. Dalam tarian Kebyar penekannya adalah pada penari itu
sendiri yang menginsterpretasikan nuansa musik dengan ekpresi wajah dan
gerakan.
Profil I Ketut Mario
Tidak mungkin
tarian muncul dengan tiba-tiba, dengan kata lain pasti ada penciptanya
seperti halnya I Ketut Mario yang telah banyak menciptakan tarian-tarian
yang ada di Bali, salah satunya Tarian Kebyar Duduk ini. I Ketut Mario
adalah sosok penari dan juga salah satu pencipta tarian Bali dan dia
mulai belajar menari sejak tahun 1906. Saat belajar menari, usianya
kira-kira sebaya dengan anak mulai ma suk SD. Dengan demikian Mario
diperkirakan lahir 1897. Ia bersaudara lima orang. Orangtuanya hidup
dari bercocok tanam. Ketika hasil pertanian kurang baik dan ditambah
lagi entah bagaimana kondisi Denpasar kala itu, orangtuanya pindah ke
Tabanan. Kurang jelas pula kapan meninggalnya sang ayah, dan hanya
ibunyalah yang membesarkannya dengan menjadi abdi di Puri Kaleran
Tabanan. Berkat pengabdiannya itu, diberilah tempat tinggal.
Dalam pengabdiannya di Puri Kaleran, tentu I Ketut Mario
melakukan segala aktivitas abdi di puri termasuk belajar menari. Anak
Agung Made Kaleran melihat Mario punya bakat di bidang menari. Tahun
1906 Mario belajar tari pada dua orang guru tari, yakni Pan Candri dan
Salit dari Mengwi Gede. Dengan cepat tarian Sisia Calonarang dapat
dikuasainya. Tariannya menawan, gerakannya berkarakter sehingga
penggemar Calonarang mengaguminya.
Setelah Sekeka Gong Pangkung terbentuk, Mario ikut bergabung
dengan penari-penari seperti I Gusti Rai Geredeg, I Nengah Gawang, dan
Wayan Cekeg. Di sekeha gong inilah nama Mario mulai dikenal. Bakat yang
dimiliki Mario di bidang tari dan tabuh berkembang sejak dia bergabung
dalam Sekeha Gong Pangkung. Di sinilah Mario belajar, berlatih, kemudian
mencipta. Ketekunannya membuahkan hasil. Tari Terompong, Tari Kebyar
Duduk, Tari Oleg Tambulingan, Tari Sabungan Ayam, Tari Ngejuk Capung dan
Tari Kakelik, merupakan hasil daya ciptanya yang diwariskan kepada
dunia seni Bali.
Kepekaan perasaan, imajinasi dan ketajaman pikiran I Ketut Mario
dalam berkesenian telah menghasilkan karya yang membuat namanya abadi
dalam dunia seni tari. Tahun 1958 dia melanglang buana berkat karya
seninya. Paris, Amsterdam, London, beberapa kota di AS dan Kanada telah
menjadi saksi kepiawaiannya. Tahun 1962 kembali keliling Amerika bersama
Sekeha Gong Pangkung. Di luar negeri Mario diberi julukan The Great Mario seperti yang dikutip Soedarsono (1953) dalam (naskah) bukunya, namun buku itu tidak dipublikasikan.
Selain sebagai guru tari, I Ketut Mario pernah pula bekerja di
instansi Pemerintah Belanda (1938), yakni di Kantor Landschap Tabanan
selanjutnya pindah ke Kantor Pengadilan. Mario menikah dengan Ni Made
Jereg (kemudian dipanggil Men Rikan) namun tidak dikaruniai anak. Ia
lalu mengangkat seorang anak bernama Putu Kerta (meninggal tahun 1993).
No comments:
Post a Comment